Celoteh Masa Lalu (bagian 1)

Saudara sepupu saya menelpon, memberi kabar tentang event musik (underground) di sekitar tempat tinggalnya di Pondok Gede, Jakarta Timur. Dia (almarhum) mengetahui kalau saya membentuk band dan dia antusias ingin menonton performa kami. Peristiwa ini sudah 18 tahun yang lalu. Wow! Sudah lama banget ya?

Band saya lalu berangkat ke studio, tempat audisi untuk event tersebut. Saya ingat, band saya ini meski belum lama terbentuk tapi sudah punya beberapa lagu sendiri dan belum terlalu bagus memainkan lagu milik band lain, ya sudah kami memutuskan untuk memainkan lagu sendiri di audisi tersebut. Itu pengalaman pertama kami mengikuti audisi dan cukup jauh pula jaraknya dari tempat tinggal kami. Audisi sepertinya berjalan lancar karena band saya dikabari lolos audisi dan berhak tampil di event musik tersebut. Saya lupa nama event dan tempatnya, yang pasti kami baru sadar kalau event itu banyak diikuti oleh band-band metal (underground) sedangkan band saya ini bergenre post-grunge/alternative rock. Merinding geli.

Menjelang hari H, kondisi saya benar-benar gawat, kena gejala tipes. Hahaha gawat! Saya nggak memberi tahu teman-teman di band soal kondisi saya, kami pun berangkat ke Pondok Gede dengan penuh semangat, memperkenalkan band ini dan lagu-lagu kami ke publik disana. Yeaaah!!!
Sesampainya disana, tempat acara yang diadakan di gelanggang olahraga ini terlihat sudah ramai, banyak kerumunan yang tampilannya punk, berpakaian hitam-hitam dan ada beberapa yang terlihat kalau mereka penyuka Seattle sound. Situasi yang sangat mengesankan untuk event pertama band saya.

Tapi semua itu nggak bisa saya nikmati, kondisi saya makin lemah, untuk minum saja sudah nggak berselera. Saya sudah nggak terlalu memikirkan bagaimana nanti perform, bagaimana kondisi alat, yang saya cuma pikirkan cuma tidur. Saya harus tidur, istirahat. Namun saya cukup terhibur dengan kedatangan saudara sepupu saya, bahkan Ibu saya pun datang tanpa sepengetahuan saya dan band. Kaget bukan kepalang. Hahaha! Dear Mom... I love you.


Mendekati jam perform band saya, panitia acara mendekati dan memberitahu kalau sebentar lagi kami harus perform, "Sehabis band ini, kalian naik ya. Siap-siap. Alatnya juga sudah siap?". Hah? Alat? Kami mana punya alat sendiri waktu itu, saat audisi padahal panitia memberi tahu kalau band nggak perlu membawa alat sendiri karena sudah disediakan. Gawat! Band saya pun kebingungan dimana harus pinjam alat, saat itu rasanya sudah nggak karuan, memaki dalam hati. Haduh haduh!
Namun nggak lama kemudian, salah satu panitia meminjamkan kami gitar dan bass, yang mereka juga pinjam dari band lain. Sialnya, steman gitar dan bass itu nggak sama karena alat-alat tersebut milik band punk dan metal. Haduh haduh! Sialnya!

Saya pusing, teman-teman di band juga pusing, semakin pusing begitu dipanggil oleh MC untuk segera ke panggung... f***! Nekat saja kami naik panggung dengan penuh percaya diri yang bingung, berkat steman alat yang nggak karuan itu. Kami sudah di panggung, saya perkenalkan band saya, lalu jreng jreng... kami sudah memainkan lagu pertama. Saya sempat menoleh ke bassist, dia cuek saja sambil merem melek menikmati permainan dia sendiri. Hahaha!

"Okay, f*** this! I'll enjoy the show, give it my very best performance. F*** yeah!", terbersit dalam hati saya di waktu yang sangat cepat sambil bermain.

Performa telah selesai, saya pun turun panggung tanpa mengamati keadaan di sekitar dan penonton. Persetan lah, saya nggak peduli. Saya kembalikan alat tadi ke pemiliknya, berterima kasih dan sempat menyelamati dia, "Semoga berhasil ya".

Seterusnya, kami coba menikmati event, menonton performa band-band yang lain dan disitu pertama kalinya saya menonton band metal beranggotakan tiga orang saja. Bagi saya itu ajaib waktu itu, karena cukup susah memainkan musik metal cuma dengan bertiga. Dan disitu pertama kalinya juga saya menonton band Tengkorak yang sebelumnya saya sudah pernah dengar, era dimana Ombat (vokalis) masih doyan memakai topi kupluk mirip maling.

Malam tiba, saya sudah merasa lelah dan kami pun beranjak dari tempat acara. Baru saat itu, saya memberi tahu teman-teman kalau saya sedang sakit dan kondisi sudah benar-benar lemah. Untungnya, rumah saudara sepupu saya nggak begitu jauh dari tempat acara, saya menginap disana dan teman-teman yang lain meneruskan pulang ke Bogor. Hahaha, benar-benar hari yang membingungkan, 'menyakitkan', sekaligus sangat menyenangkan. Pengalaman yang serba pertama kali ini akhirnya masih sempat saya 'abadikan' disini.

Komentar