Saya merasa berhutang pada diri sendiri untuk mengulas album Epilog milik band Becuz yang berasal dari Malang (Jawa Tengah) dan album Hyperbola-nya Glosalia, band dari Bandung (Jawa Barat). Dua album ini sudah lama saya beli dan dengarkan, dan sekarang saya merasa perlu untuk menulis opini tentang dua album independen tersebut, demi musik Indonesia yang beraneka ragam, demi album rekaman yang layak simak juga dikoleksi, dan kegairahan untuk membeli lagi rilisan fisik.
1. EPILOG (2013). Genre: noise/alternative/eksperimental
Album milik Becuz band dari Malang (Jawa Tengah), yang dikemas dengan kotak berisikan CD, booklet, korek api dan sticker. Kemasannya cukup unik, berbeda dari CD reguler yang sering kalian lihat di toko-toko musik dan mengingat kemasan juga bonus yang disertakan, band ini menjualnya dengan harga yang masih terjangkau.
Saya suka sound album ini yang keluar apa adanya tanpa banyak polesan software musik sehingga rekaman ini nggak terdengar terlalu digital, cocok dengan genre musiknya. Ngomong-ngomong soal eksperimental, jarang sekali saya menemukan band dalam negeri yang menulis lagu berdurasi 7 hingga 9 menit dan ditambah lagi dengan berpuisi, didalam Epilog kalian bisa mendapatkan keduanya. Bookletnya juga menarik, terdapat ilustrasi imaji-imaji yang aneh, kelam, fantasi yang out of the box dan mungkin buat sebagian orang akan sedikit nggak nyaman untuk dilihat.
Dari 9 lagu yang terdapat di album ini, saya merekomendasikan "Ambigu", "Epilog Senja" dan "Reliku". Nggak tahu kenapa, nuansa dari 3 lagu tersebut mengingatkan saya akan bagusnya videoklip "1979" dari Smashing Pumpkins dan absurdnya film SubUrbia (1997).
2. HYPERBOLA (2011). Genre: metal/industrial/alternative rock
Ketika saya putar track pertama album ini, saya langsung terpukau akan kualitas soundnya yang ajib dan kehandalan Glosalia dalam menulis lagu. Perasaan itu masih berlanjut begitu ke track kedua, saya pun langsung bisa menebak influence band ini dari siapa; eits! saya nggak mau menyebut nama bandnya ya, hehehe. Vokalisnya Glosalia selain bersuara mirip Otong (Koil) juga sangat lihai dalam menulis lirik berbahasa Indonesia, pemilihan kata-katanya nggak terlalu kaku, dan menurut saya itu agak sulit loh saat memadukannya dengan musik yang non-mainstream seperti ini.
Sebelum membeli album ini, dulu sekali saya pernah bertanya-tanya sendiri apa ada band independen lokal yang bisa membuat sound yang heavy (yang 'kadar' heavy-nya ala bayangan saya) sekaligus jernih, dan ternyata di tahun 2011 Glosalia yang menjawab pertanyaan saya. Kekaguman saya soal sound album ini makin bertambah karena urusan mixing dan mastering dikerjakan oleh salah satu personil Glosalia; berapa banyak band yang mengerjakan sendiri rekamannya? Dan tebakan saya adalah semua personilnya kemungkinan musisi handal yang senior di kota Bandung. Mungkin.
Hyperbola dikemas digipak dengan desain dan pengolahan warna yang sangat apik. Namun begitu, saya merasa seram dengan semua 'mata' yang melihat ke saya begitu membuka sampulnya, masih seram sampai sekarang.
Rekomendasi lagu: Fana, Semua Cerita Manusia dan Niscaya Kan Sirna.
1. EPILOG (2013). Genre: noise/alternative/eksperimental
Album milik Becuz band dari Malang (Jawa Tengah), yang dikemas dengan kotak berisikan CD, booklet, korek api dan sticker. Kemasannya cukup unik, berbeda dari CD reguler yang sering kalian lihat di toko-toko musik dan mengingat kemasan juga bonus yang disertakan, band ini menjualnya dengan harga yang masih terjangkau.
Saya suka sound album ini yang keluar apa adanya tanpa banyak polesan software musik sehingga rekaman ini nggak terdengar terlalu digital, cocok dengan genre musiknya. Ngomong-ngomong soal eksperimental, jarang sekali saya menemukan band dalam negeri yang menulis lagu berdurasi 7 hingga 9 menit dan ditambah lagi dengan berpuisi, didalam Epilog kalian bisa mendapatkan keduanya. Bookletnya juga menarik, terdapat ilustrasi imaji-imaji yang aneh, kelam, fantasi yang out of the box dan mungkin buat sebagian orang akan sedikit nggak nyaman untuk dilihat.
Dari 9 lagu yang terdapat di album ini, saya merekomendasikan "Ambigu", "Epilog Senja" dan "Reliku". Nggak tahu kenapa, nuansa dari 3 lagu tersebut mengingatkan saya akan bagusnya videoklip "1979" dari Smashing Pumpkins dan absurdnya film SubUrbia (1997).
2. HYPERBOLA (2011). Genre: metal/industrial/alternative rock
Ketika saya putar track pertama album ini, saya langsung terpukau akan kualitas soundnya yang ajib dan kehandalan Glosalia dalam menulis lagu. Perasaan itu masih berlanjut begitu ke track kedua, saya pun langsung bisa menebak influence band ini dari siapa; eits! saya nggak mau menyebut nama bandnya ya, hehehe. Vokalisnya Glosalia selain bersuara mirip Otong (Koil) juga sangat lihai dalam menulis lirik berbahasa Indonesia, pemilihan kata-katanya nggak terlalu kaku, dan menurut saya itu agak sulit loh saat memadukannya dengan musik yang non-mainstream seperti ini.
Sebelum membeli album ini, dulu sekali saya pernah bertanya-tanya sendiri apa ada band independen lokal yang bisa membuat sound yang heavy (yang 'kadar' heavy-nya ala bayangan saya) sekaligus jernih, dan ternyata di tahun 2011 Glosalia yang menjawab pertanyaan saya. Kekaguman saya soal sound album ini makin bertambah karena urusan mixing dan mastering dikerjakan oleh salah satu personil Glosalia; berapa banyak band yang mengerjakan sendiri rekamannya? Dan tebakan saya adalah semua personilnya kemungkinan musisi handal yang senior di kota Bandung. Mungkin.
Hyperbola dikemas digipak dengan desain dan pengolahan warna yang sangat apik. Namun begitu, saya merasa seram dengan semua 'mata' yang melihat ke saya begitu membuka sampulnya, masih seram sampai sekarang.
Rekomendasi lagu: Fana, Semua Cerita Manusia dan Niscaya Kan Sirna.
Komentar
Posting Komentar