Kamis, 30 Mei 2013, sudah pasti jadi hari bersejarah yang mengharukan untuk saya. Di hari itu, saya diberi rejeki dan kesempatan untuk bisa menonton konser Deftones! Band kesukaan saya sejak jaman edan, sampai dengan sekarang jaman lebih edan. Sebelumnya saya sempat was-was soal konser ini, apakah saya akan bisa datang? apakah akan benar-benar terselenggara? Tapi akhirnya terbantahkan dan saya nggak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk kedua kalinya! (di tahun 2011 saya gagal menonton konser Deftones di Jakarta).
Jam 10 pagi di tanggal itu, saya berangkat seorang diri menaiki bus. Saya menghabiskan perjalanan sekitar 6 jam lebih dari Bogor untuk bisa sampai ke The Venue Eldorado, Bandung. Pfff! Perjalanan melelahkan itu berakhir di jam 4.30 sore. Sesampai di venue, saya segera menukar voucher tiket dan berkumpul dengan teman-teman Deftones Indonesia yang berasal dari Jakarta, Yogyakarta, Malang dan Bandung.
Di jam itu dari dalam venue terdengar suara-suara seperti sedang soundcheck, entah dari band Deftones atau para band pembukanya. Venue dibuka lewat dari jam 6 sore dan saya bersama-sama rombongan terheran-heran dengan jumlah penonton yang sedang antri di pintu masuk. Masih sedikit, bro! Jumlahnya masih puluhan. Entah kenapa. Begitu di dalam venue, saya memperhatikan panggung yang terlihat sederhana namun masih terkesan baik karena tata lampu yang oke, dan terheran melihat susunan perlengkapan sound Deftones yang nggak banyak, khususnya amplifier yang dipakai oleh Stephen Carpenter, gitaris. Jauh dari bayangan saya.
Sebelum Deftones beraksi, ada 2 band pembuka untuk pemanasan sebelum headbang maksimal, yaitu Killed By Butterfly dan Burgerkill. Saya belum pernah dengar band pembuka yang pertama tapi performa mereka cukup liar, gitarisnya berhasil mendapat simpati saya karena sound gitar yang oke. Kemudian band pembuka yang kedua, Burgerkill. Band metal lokal yang tersohor ini sempat menyelipkan intro lagu "Roots" milik Deftones di pertengahan lagu "Atur Aku". Massa langsung kegirangan dan melompat liar, termasuk saya. Cadas! Setelah Burgerkill selesai, saya sempat menengok ke belakang melihat-lihat kerumunan. Wow, ternyata venue sudah ramai dibanding saat kemunculan para band pembuka meski masih ada sedikit ruang di barisan paling belakang.
Menunggu lebih dari 45 menit, Deftones akhirnya on stage sekitar jam 8 malam. Satu per satu para personil muncul, dimulai dari Stephen Carpenter hingga Chino Moreno, sang vokalis. Massa pun mulai merapat ke barisan depan. Das! "Diamond Eyes" jadi lagu pembuka disusul dengan "Rocket Skates". Chino memakai pakaian serba hitam, jaket kulit yang awalnya dipakai segera dilepas. Mulai gerah ya, mas?
Sergio Vega, pemain bass, terlihat tua karena rambutnya sudah agak beruban tapi sangat bugar untuk mem-backing vokal dan bergerak ke sana-sini. Frank Delgado (sampling/keyboard) dan Stephen Carpenter, seperti biasa terlihat serius dengan gear mereka masing-masing. Drummer, Abe Cunningham, jadi pusat perhatian saya karena tekhnik drumming dan sound drum yang memukau. Memang sejak album Adrenaline hingga Koi No Yokan, Abe Cunningham adalah personil Deftones yang saya sangat kagumi.
Oh saat lagu kedua, ada kejadian konyol yang membuat konsentrasi saya menjadi buyar. Saya sempat nggak menikmati konser Deftones; nggak ikut singalong, nggak ikut headbanging, cuma berdiri dan berpikiran ngalor ngidul. Emang kenapa kalian bertanya? Blackberry gue dicopet! Copet bangke!
Saya mengusahakan berkonsentrasi kembali ke panggung begitu intro "Knife Prty" dimainkan, saya langsung terpusat ke Chino dan Abe. Sampai tiba verse lagu itu dinyanyikan, mata saya terpejam menikmati melodi lagu itu dan ikut bernyanyi dengan sang vokalis. Hmm.. atmosfir yang tercipta di sekitar panggung terasa hangat dan saya harus berterima kasih kepada Deftones karena sudah memainkan lagu ini dengan apik sekali. Saya lupakan kejadian konyol tadi, menarik diri saya kembali ke suasana konser yang riuh, bertensi tinggi dan adrenalin meluap-luap.
It's a rock concert. No matter what, you have to rocking out! Am I right?! \m/
Di pertengahan lagu "Tempest" sempat terjadi masalah di atas panggung. Tiba-tiba gitar Chino nggak bersuara, disusul dengan bass Sergio. Serunya, Deftones tetap terus memainkan lagunya sampai akhir. Sergio juga ikut bernyanyi sambil menari-nari, tanpa bass. Masalah sempat terjadi lagi begitu "Swerve City" berakhir. Saya nggak memperhatikan permasalahannya, karena tiba-tiba saja Chino menyanyikan lagu "Hangin' Tough" milik New Kids On The Block. Yup! NKOTB (?). Abe lalu mengiringi sang vokalis. Mereka bercanda di atas panggung dan saya cuma nyengir terheran-heran melihatnya. Kemudian Chino berhenti, mendekati Steph lalu berujar ke penonton, "En.. En.. En.. Enter White Pony". Intro lagu "Feiticeira" pun dimainkan. Loncat lagi!
Malam itu, Chino mengomentari soal graffiti Chi Cheng yang terdapat di tembok di satu jalanan kota Bandung. Dan lagu "Change" kemudian didedikasikan untuk mendiang Chi Cheng, personil yang juga pendiri band. Ough.. suasana konser terasa mengharukan, semua penonton bernyanyi dan mungkin berharap Chi ada diatas panggung itu sebab saya mengharapkan seperti itu.
Hal yang nggak saya duga adalah saat encore Deftones memainkan lagu "Bored". Edan! Lagu kenangan saya karena pernah dimainkan bersama teman-teman band dahulu, sekarang dimainkan live oleh si empunya! Saya girang bukan kepalang, berteriak sekencang-kencangnya saat intro dimainkan oleh Steph.
Konser seru yang emosional dan mengucurkan literan keringat itu ditutup dengan lagu "7 Words". Anthem untuk para Deftoneshead yang juga salah satu single andalan Deftones dari album perdana, Adrenaline (1995). Di akhir konser, saya melihat Chino dan Abe tersenyum lebar sementara Sergio menundukkan badan sambil mendekap tangannya di dada. Mereka terlihat sangat puas malam itu, sama halnya dengan para penonton pastinya. Whooo.. akhirnya bisa kesampaian menonton band kesayangan dan saya gembira karena disuguhi performa yang maksimal. Thanks, Deftones! I want more!
Konser ini adalah konser pertama kali saya; pertama kali menonton Deftones dan pertama kali menonton band internasional. Yup! Untuk pertama kalinya. Dan saya menjadi salah satu orang mujur di konser itu karena saya mendapatkan pick gitar milik Chino Moreno, secara kebetulan. I'm a (half) lucky guy in my first international rock concert! Hahaha
Jam 10 pagi di tanggal itu, saya berangkat seorang diri menaiki bus. Saya menghabiskan perjalanan sekitar 6 jam lebih dari Bogor untuk bisa sampai ke The Venue Eldorado, Bandung. Pfff! Perjalanan melelahkan itu berakhir di jam 4.30 sore. Sesampai di venue, saya segera menukar voucher tiket dan berkumpul dengan teman-teman Deftones Indonesia yang berasal dari Jakarta, Yogyakarta, Malang dan Bandung.
foto © Faizal Fanani |
Di jam itu dari dalam venue terdengar suara-suara seperti sedang soundcheck, entah dari band Deftones atau para band pembukanya. Venue dibuka lewat dari jam 6 sore dan saya bersama-sama rombongan terheran-heran dengan jumlah penonton yang sedang antri di pintu masuk. Masih sedikit, bro! Jumlahnya masih puluhan. Entah kenapa. Begitu di dalam venue, saya memperhatikan panggung yang terlihat sederhana namun masih terkesan baik karena tata lampu yang oke, dan terheran melihat susunan perlengkapan sound Deftones yang nggak banyak, khususnya amplifier yang dipakai oleh Stephen Carpenter, gitaris. Jauh dari bayangan saya.
Sebelum Deftones beraksi, ada 2 band pembuka untuk pemanasan sebelum headbang maksimal, yaitu Killed By Butterfly dan Burgerkill. Saya belum pernah dengar band pembuka yang pertama tapi performa mereka cukup liar, gitarisnya berhasil mendapat simpati saya karena sound gitar yang oke. Kemudian band pembuka yang kedua, Burgerkill. Band metal lokal yang tersohor ini sempat menyelipkan intro lagu "Roots" milik Deftones di pertengahan lagu "Atur Aku". Massa langsung kegirangan dan melompat liar, termasuk saya. Cadas! Setelah Burgerkill selesai, saya sempat menengok ke belakang melihat-lihat kerumunan. Wow, ternyata venue sudah ramai dibanding saat kemunculan para band pembuka meski masih ada sedikit ruang di barisan paling belakang.
Menunggu lebih dari 45 menit, Deftones akhirnya on stage sekitar jam 8 malam. Satu per satu para personil muncul, dimulai dari Stephen Carpenter hingga Chino Moreno, sang vokalis. Massa pun mulai merapat ke barisan depan. Das! "Diamond Eyes" jadi lagu pembuka disusul dengan "Rocket Skates". Chino memakai pakaian serba hitam, jaket kulit yang awalnya dipakai segera dilepas. Mulai gerah ya, mas?
foto © Dino (Deftones Indonesia) |
Sergio Vega, pemain bass, terlihat tua karena rambutnya sudah agak beruban tapi sangat bugar untuk mem-backing vokal dan bergerak ke sana-sini. Frank Delgado (sampling/keyboard) dan Stephen Carpenter, seperti biasa terlihat serius dengan gear mereka masing-masing. Drummer, Abe Cunningham, jadi pusat perhatian saya karena tekhnik drumming dan sound drum yang memukau. Memang sejak album Adrenaline hingga Koi No Yokan, Abe Cunningham adalah personil Deftones yang saya sangat kagumi.
Oh saat lagu kedua, ada kejadian konyol yang membuat konsentrasi saya menjadi buyar. Saya sempat nggak menikmati konser Deftones; nggak ikut singalong, nggak ikut headbanging, cuma berdiri dan berpikiran ngalor ngidul. Emang kenapa kalian bertanya? Blackberry gue dicopet! Copet bangke!
Saya mengusahakan berkonsentrasi kembali ke panggung begitu intro "Knife Prty" dimainkan, saya langsung terpusat ke Chino dan Abe. Sampai tiba verse lagu itu dinyanyikan, mata saya terpejam menikmati melodi lagu itu dan ikut bernyanyi dengan sang vokalis. Hmm.. atmosfir yang tercipta di sekitar panggung terasa hangat dan saya harus berterima kasih kepada Deftones karena sudah memainkan lagu ini dengan apik sekali. Saya lupakan kejadian konyol tadi, menarik diri saya kembali ke suasana konser yang riuh, bertensi tinggi dan adrenalin meluap-luap.
It's a rock concert. No matter what, you have to rocking out! Am I right?! \m/
Di pertengahan lagu "Tempest" sempat terjadi masalah di atas panggung. Tiba-tiba gitar Chino nggak bersuara, disusul dengan bass Sergio. Serunya, Deftones tetap terus memainkan lagunya sampai akhir. Sergio juga ikut bernyanyi sambil menari-nari, tanpa bass. Masalah sempat terjadi lagi begitu "Swerve City" berakhir. Saya nggak memperhatikan permasalahannya, karena tiba-tiba saja Chino menyanyikan lagu "Hangin' Tough" milik New Kids On The Block. Yup! NKOTB (?). Abe lalu mengiringi sang vokalis. Mereka bercanda di atas panggung dan saya cuma nyengir terheran-heran melihatnya. Kemudian Chino berhenti, mendekati Steph lalu berujar ke penonton, "En.. En.. En.. Enter White Pony". Intro lagu "Feiticeira" pun dimainkan. Loncat lagi!
Malam itu, Chino mengomentari soal graffiti Chi Cheng yang terdapat di tembok di satu jalanan kota Bandung. Dan lagu "Change" kemudian didedikasikan untuk mendiang Chi Cheng, personil yang juga pendiri band. Ough.. suasana konser terasa mengharukan, semua penonton bernyanyi dan mungkin berharap Chi ada diatas panggung itu sebab saya mengharapkan seperti itu.
Hal yang nggak saya duga adalah saat encore Deftones memainkan lagu "Bored". Edan! Lagu kenangan saya karena pernah dimainkan bersama teman-teman band dahulu, sekarang dimainkan live oleh si empunya! Saya girang bukan kepalang, berteriak sekencang-kencangnya saat intro dimainkan oleh Steph.
Konser seru yang emosional dan mengucurkan literan keringat itu ditutup dengan lagu "7 Words". Anthem untuk para Deftoneshead yang juga salah satu single andalan Deftones dari album perdana, Adrenaline (1995). Di akhir konser, saya melihat Chino dan Abe tersenyum lebar sementara Sergio menundukkan badan sambil mendekap tangannya di dada. Mereka terlihat sangat puas malam itu, sama halnya dengan para penonton pastinya. Whooo.. akhirnya bisa kesampaian menonton band kesayangan dan saya gembira karena disuguhi performa yang maksimal. Thanks, Deftones! I want more!
Konser ini adalah konser pertama kali saya; pertama kali menonton Deftones dan pertama kali menonton band internasional. Yup! Untuk pertama kalinya. Dan saya menjadi salah satu orang mujur di konser itu karena saya mendapatkan pick gitar milik Chino Moreno, secara kebetulan. I'm a (half) lucky guy in my first international rock concert! Hahaha
Komentar
Posting Komentar