Nggak terasa tahun Masehi ini sudah berganti dan sudah memasuki hari ketiga di 2013. Nggak ada yang istimewa sih soal pergantian tahun ini bagi saya. Sama saja. Nggak (lagi) saya besar-besarkan dan puja puji. Sudah dua tahun saya menganggap biasa soal itu dan memang baiknya sih saya anggap seperti itu terus. Di tulisan saya sebelumnya, 23:59, semakin mengingatkan saya untuk bersyukur karena bisa melewati hari demi hari dengan cukup baik dan diberkahi umur sampai detik ini.
Saat ini saya belum terlepas dari ujian. Saya masih diberi persoalan dan tanggung jawab yang harus diselesaikan segera. Tapi tampaknya saya masih beruntung dan masih disayang. Beberapa urusan telah dimudahkan dan dibukakan jalan, bahkan masih dipercaya orang untuk memegang amanahnya. Bersyukur itu memang lebih baik untuk saya lakukan.
Saya berhenti memberi ucapan selamat atas bergantinya tahun Masehi. Saya menggantinya dengan, "Syukurlah. Kita masih diberkahi umur dan kesehatan." Hingga pergantian tahun ke dua ribu sekian belas nanti, (semoga) saya masih akan memberi kalimat itu ke orang-orang, khususnya yang saya sayangi. Bukan sebagai tanda ucapan selamat, tapi sebagai bagian dari doa.
Ada manfaatnya juga saya menulis tema itu, menjadi pengingat dan 'cambuk' untuk terus introspeksi. Masih banyak kesalahan dan khilaf yang saya perbuat.Menjelang akhir tahun 2012, saya kena tegur, 'dijewer', diberi cobaan dan ujian oleh-Nya, sang Khalik. Benar-benar suatu keadaan yang nggak pernah saya duga setelah saya terus diberi kesenangan dan kelancaran atas semua urusan. Yah, sepertinya saya terlalu bersenang-senang hingga lupa. Lupa daratan. Lupa untuk berterimakasih. Lupa mengucap syukur dan bersujud. Ah! benar-benar lupa.
Saat ini saya belum terlepas dari ujian. Saya masih diberi persoalan dan tanggung jawab yang harus diselesaikan segera. Tapi tampaknya saya masih beruntung dan masih disayang. Beberapa urusan telah dimudahkan dan dibukakan jalan, bahkan masih dipercaya orang untuk memegang amanahnya. Bersyukur itu memang lebih baik untuk saya lakukan.
Saya berhenti memberi ucapan selamat atas bergantinya tahun Masehi. Saya menggantinya dengan, "Syukurlah. Kita masih diberkahi umur dan kesehatan." Hingga pergantian tahun ke dua ribu sekian belas nanti, (semoga) saya masih akan memberi kalimat itu ke orang-orang, khususnya yang saya sayangi. Bukan sebagai tanda ucapan selamat, tapi sebagai bagian dari doa.