Saya adalah orang yang (pernah) khawatir memikirkan hari esok dan masa depan. Saya yang sudah berencana sedemikian sempurna agar bisa tercapai cita-cita/harapan. Saya juga orang yang mengesampingkan hari ini untuk hari esok. Dan saya sering berujar "hari esok bagaimana ya?", daripada "hari ini saya bersyukur".
Kali ini, saya (sedang berusaha) berhenti untuk mengkhawatirkan hari esok/masa depan, mencoba untuk lebih memikirkan hari ini yang belum tentu bisa saya lewati. Kalau sudah tiba ajalnya, semua rencana muluk soal masa depan ya musnah semua, kan? Lebih takut lagi kalau belum ada amal baik yang dikerjakan di hari ini, malah lebih merugi pastinya. Bukan lantas saya tidak memiliki rencana dan pasrah begitu saja. Saya tetap berpikir dan berencana, tapi porsinya tidak lagi berlebihan seperti sebelumnya. Sekarang lebih memperhatikan hal paling kecil yang sebelumnya tidak saya anggap dan tidak lagi merendahkan hal-hal yang terjadi. Ya, saya sedang dan masih berusaha.
Kali ini, saya (sedang berusaha) berhenti untuk mengkhawatirkan hari esok/masa depan, mencoba untuk lebih memikirkan hari ini yang belum tentu bisa saya lewati. Kalau sudah tiba ajalnya, semua rencana muluk soal masa depan ya musnah semua, kan? Lebih takut lagi kalau belum ada amal baik yang dikerjakan di hari ini, malah lebih merugi pastinya. Bukan lantas saya tidak memiliki rencana dan pasrah begitu saja. Saya tetap berpikir dan berencana, tapi porsinya tidak lagi berlebihan seperti sebelumnya. Sekarang lebih memperhatikan hal paling kecil yang sebelumnya tidak saya anggap dan tidak lagi merendahkan hal-hal yang terjadi. Ya, saya sedang dan masih berusaha.
Buku-buku yang saya baca (salah satunya terlihat di gambar) sudah memberikan pencerahan dan renungan. Saya tidak lagi takut membicarakan dan atau menghadapi ajal nanti. Insya Allah.
Saya terus berusaha untuk merenungkan apa yang sudah saya perbuat, bersyukur untuk tiap hembusan napas, berpikir positif, tidak menyia-nyiakan hal baik yang sudah di depan mata dan berprasangka baik kepada-Nya. Hari ini belum selesai. Hari ini bukan berakhir di jam pulang kantor, kan? Masih ada sepertiga waktu lagi. Mungkin saja pada detik di sore ini tiba-tiba saya sudah berhadapan dengan maut. Apabila detik di sore ini ternyata bisa saya lalui, apakah mungkin jam 23:59 nanti saya masih diberikan nikmat hidup?
Ini kutipan seorang pendakwah yang sudah membuka mata hati saya:
"Jadikanlah setiap menitnya laksana ribuan tahun dan setiap detiknya laksana ratusan bulan. Tanamlah kebaikan sebanyak-banyaknya pada hari itu. Dan persembahkanlah sesuatu yang paling indah untuk hari itu."