“Clearly
I remember picking on the boy... Seemed a harmless little fuck”
Demikian sepenggal syair dari lagu berjudul “Jeremy” (album Ten, 1991) milik band Pearl Jam. Penggalan syair ini nempel terus di kepala
saya sejak melihat videoklipnya pertama kali di MTV. Gaya nyanyi vokalisnya
yang seperti sedang ngobrol, sangat menjiwai sekali tiap kalimatnya dan ada
penekanan emosi di tiap katanya. Saya langsung berpikir lagu ini punya teks
yang panjang dan saya pasti kesulitan untuk menghapalnya. Videoklip “Jeremy” ini adalah salah satu video
favorit saya; bagus dari segi alur cerita dan penggambaran dari syair lagunya; band
nggak harus tampil (melulu) di video dan mainin instrumennya masing-masing. Satu
lagi yang pasti, video ini benar-benar ‘90an banget! Alternatif!
Album “Ten” punya lagu-lagu yang gurih dan nggak terlalu berat untuk didengar. Semua
orang pasti langsung suka mulai dari trek pertama sampai trek terakhir. Begitu udah punya album ini, saya langsung tuju ke seksi penulis
lagu. Wow! para personil Pearl Jam ini pada bisa nulis lagu. Khususnya, Jeff Ament (bass) dan Stone Gossard (gitar) yang paling
banyak menulis lagu di album ini. Dua orang ini jago banget nulis lagu-lagu
yang keren dan nggak membosankan untuk didengar berulang-ulang.
Mungkin
kapan-kapan saya bisa ngopi bareng dan maen gitar dengan Stone Gossard. Mana
tau bisa dapat sekarung lagu.
Ada
yang tau alamat rumah Gossard?
Pada awalnya saya kesulitan membedakan
permainan gitar antara Stone Gossard dan Mike
McCready, siapa diantara mereka berdua yang pemain ritem & lead guitar?
Tapi setelah baca ini itu, ya ketauan juga akhirnya. Saya lebih menyukai permainan gitar Stone
Gossard, gitaris satu ini bisa menulis riff-riff
yang asik untuk didengar dan bisa ketauan luasnya influence musik dia cuma dari mendengar permainan gitarnya. Efek-efek
gitar yang dia gunakan pun terdengar asing dan keren buat saya; salah satu
karya si Mister ini yang saya gemari adalah lagu “No Way” (album Yield, 1998).
YIELD
Produced by
Brendan O’Brien and Pearl Jam
Sony Music/Epic (1998) |
Ya saya memang lebih suka gitaris ritem dibanding gitaris lead,
saya sangat malas dengerin solo gitar yang rumit dan panjang-panjang. Itu
juga yang bikin saya langsung bosan dengerin lagu-lagunya GnR. Hehe...
Dari majalah musik yang saya baca, sebagian personil PJ punya andil yang besar di scene musik Seattle. Bisa kebayang betapa banyaknya kawan-kawan mereka dan banyaknya musisi yang minat untuk kerjasama dengan mereka. Bergabungnya Eddie Vedder (vokal) di band ini sungguh unik bagi saya karena awalnya mereka ada di kota yang berjauhan, saling kirim kaset tape berisikan lagu-lagu yang harus diisi vokalnya oleh Vedder dan akhirnya jadilah band ini. (begitu lho yang saya baca di majalah musik, waktu itu).
Dari majalah musik yang saya baca, sebagian personil PJ punya andil yang besar di scene musik Seattle. Bisa kebayang betapa banyaknya kawan-kawan mereka dan banyaknya musisi yang minat untuk kerjasama dengan mereka. Bergabungnya Eddie Vedder (vokal) di band ini sungguh unik bagi saya karena awalnya mereka ada di kota yang berjauhan, saling kirim kaset tape berisikan lagu-lagu yang harus diisi vokalnya oleh Vedder dan akhirnya jadilah band ini. (begitu lho yang saya baca di majalah musik, waktu itu).
Eh jadi ingat waktu SMU dulu, saya pernah menulis nama-nama vokalis dan band-band Grunge di meja sekolah. Pas sampai di nama Eddie Vedder, saya ukir namanya dengan tulisan “Edy Vedder”. Teman sebangku saya yang dari awal memperhatikan langsung tertawa keras dan bilang “Elo salah tulis tuh, lu kira Edy orang Jakarta! Yang bener itu, Eddie Vedder!”
Kami ketawa ngakak dan saya sedikit kesal karena koq bisa lebih tau teman saya itu yang nggak keliatan doyan musik. Yach ukiran yang udah dibuat di meja nggak bisa dihapus lagi jadi ya dibiarkan aja seperti itu, akhirnya jadi memori waktu masa sekolah dulu... hehe.
Setelah album “Ten” saya nggak terlalu menyimak Pearl Jam lagi, cuma punya beberapa album dan pengetahuan tentang band ini pun sangat terbatas. Saya mulai tertarik lagi dengan band ini saat album No Code, kover albumnya bikin saya menoleh untuk beli album ini. Di album ini musik Pearl Jam agak beda dari album-album sebelumnya, perlu waktu lama untuk mencerna 'No Code' dan ini juga yang membuat saya nggak terlalu sering menyetel album ini.
NO CODE
Produced by Brendan O’Brien and Pearl Jam
Sony Music/Epic (1996)
|
Hal yang saya kagumi juga adalah Pearl Jam nggak
cuma menyuarakan saja lagu-lagu bertema sosial/kemanusiaan tapi juga dibarengi
dengan aksi untuk mewujudkan suara itu. Jadi si band nggak cuma omong kosong atau
teriak asal-asalan atas apa yang udah disebarluaskan oleh si band karena bagi
saya apabila ada musisi/band yang telah melabel dirinya sebagai corong
politik dan/atau kritikus sosial, mereka harus bisa mempertanggungjawabkan dan
memberikan aksi nyatanya. (oh ya, saya
nggak melabel Pearl Jam ke golongan itu ya, hehe)
Seiring waktu berjalan dan trend yang terus berganti
rupa, Pearl Jam nggak berhenti untuk terus membuat album, mereka malah
tergolong band yang aktif disaat kawan-kawan lainnya nggak terdengar beritanya
lagi (selain berita selingan soal masuk rehab atau ribut dengan personil lain).
Banyak juga lagu yang mereka rilis sebagai single, bukti kalo mereka masih
solid, kompak dan seperti nggak pernah bosan untuk bermusik. Hal ini juga yang
membuat saya pingin tau apa resep jitunya. Mungkin nanti saya tanya langsung aja
ke komunitas PJ.ID yang notabene sangat tau seluk beluk band ini.
Band ini benar-benar bisa dijadikan cetakbiru dari musik alternatif yang sebenarnya dan mengajarkan bagaimana seharusnya band itu bersikap dan berkarya.
Banyak sekali band-band sesudah era Grunge
yang menjadikan band ini sebagai tolak ukur musik mereka, khususnya yang
terpengaruh oleh Eddie Vedder (kalo boleh saya bilang sebagiannya adalah
plagiator). Ya sedikit sah-sah aja sih, namanya juga terpengaruh.
Sekitar tahun 2009, stasiun radio kesukaan
saya membedah album terbaru Pearl Jam “Backspacer”,
memutar beberapa lagu dan memperdengarkan interview dengan beberapa personil
band ini (saya cuma ingat Mike McCready di interview itu). Album ini disebut oleh
McCready sebagai album Punk Rock dan samar-samar saya mendengar dia menyebut band
Ramones yang mana mempengaruhi mood dia saat merekam album ini. (terdengar samar-samar karena sinyal
radionya nggak oke banget waktu itu... hihi. Jadi mungkin saya salah di bagian
ini). Stasiun radio ini lalu mengadakan kuis
berhadiah CD Backspacer dan saya pun salah satu pemenangnya. Hore!
*Terimakasih
untuk kawan saya, “Ade” Defrika,
yang
udah rela ngambil hadiah CD itu demi saya...Hehe. Thanks
bro!
BACKSPACER
Produced by
Brendan O’Brien
Monkeywrench/Universal Music Group (2009) |
Tanggapan saya saat sekali nyetel album ini:
Punk Rock! Bombastis! Band ini masih punya taring dan masih mampu maenin musik
Rock. Kualitas suara Eddie Vedder masih terjaga dan terdengar makin lantang. Untuk
pria paruh baya seperti dia, benar-benar bikin saya merinding tiap denger
teriakan dia, takut batuk-batuk tapi ternyata... dia masih perkasa lho, ajib! Semua trek di album ini saya suka begitu juga dengan soundnya, Brendan O’Brien (untuk kesekian kalinya) udah melakukan tugasnya dengan bagus sekali selaku produser merangkap
“tukang mix” di album Backspacer.
Pearl Jam memang nggak habis-habis untuk
diulas/dibicarakan. Semua personilnya punya daya tarik dan kreativitas yang (seakan)
nggak habis-habis. Band ini masih
bertahan, masih aktif, solid dan tetap berkegiatan sosial yang positif... sudah tentu bikin senang para pendengarnya. Mereka pun
nggak sekedar menjual album dan konser kesana kemari tapi juga bisa melakukan hal-hal
yang berarti penting bagi khalayak ramai dan tentunya, inspiratif.
Semoga band
ini tetap ada, terus membuat album sampai mencapai level letih mereka dan terus menginspirasi
orang banyak untuk bisa melakukan hal terbaik dalam hidupnya.
“Ole!”
Tulisan yang inspiratif, gaya menulis yang deskriftip, memuji tanpa berlebihan, dan penuh nada optimis, great job.
BalasHapushaturnuhun mas Amus.
Hapusthanks udah baca tulisan ini :)
well done! :)
BalasHapusglad you like it, mysterious man :)
Hapuswell, unfortunately I'm not a man. sorry for disappointing you :p
Hapuswah?
Hapusups salah! :D
Semoga Grunge tetap eksis seperti dulu kala. Semoga sukse. Mohon beri komentar pada tulisanku yang ini ya.- Grunge, Pearl Jam, Masa dulu dan kini
BalasHapus